Masuknya islam ke indonesia bisa dibilang agak unik apabila
dibandingkan dengan daerah-daerah islam lainnya. Keunikannya terlihat dari
proses masuknya islam ke indonesia yang relatif berbeda dengan daerah lain.
Islam masuk indonesia secara damai yang dibawa oleh para pedagang dan mubaligh.
Sedangkan islam di daerah
lain kebanyakan lewat penaklukan-penaklukan yang dilakukan para penguasa-penguasa muslim. Dalam proses islamisasi, terdapat beberapa saluran yaitu perdagangan, perkawinan kesenian, sufisme, dan pendidikan.
lain kebanyakan lewat penaklukan-penaklukan yang dilakukan para penguasa-penguasa muslim. Dalam proses islamisasi, terdapat beberapa saluran yaitu perdagangan, perkawinan kesenian, sufisme, dan pendidikan.
Bicara tentang pendidikan tentu alangkah lebih baik bicara tentang
esensi dari pendidikan itu. dipandang dari sudut pandang defenisi pendidikan
yang dikemukakan oleh pakar pendidikan, dapat disimpulkan bahwa hakikat itu
adalah proses pembentukaan manusia kearah yang di cita-citakan.
Dengan demikian pendidikan islam proses pembentukan manusia sesuai tuntunan
islam. Pada pedagang dan mubaligh yang melakukan proses islamisasi di
Indonesia, yang mereka lakukan dapat dikatakan sebagai aktivitas pendidikan.
Hal tersebut dapat dilihat dari unsur pendidikan yang dilakukan oleh para
mubaligh dan pedagang tersebut. Pertama dilihat dari proses pemberi dan
penerima. Dalam hal ini pedagang dan mubaligh sebagai pemberi sedangkan
penduduk pribumi dijadikan objek sebagai penerima. Kedua, tujuan baik. Ajaran
islam yang diajarkan jelas bertujuan baik, mencakup tujuan keilmuan
(mencerdaskan), tujuan keimanan ( keyakinan ), tujuan pengabdian (ibadah), dan
tujuan akhlak (moral). Kemudian unsur berikutnya adalah cara yang baik
berkenaan dengan ketertarikannya dengan nilai.
Dengan melihat aktivitas pedagang dan mubaligh maka pendidikan
islam sudah dimulai dari awal mula masuknya islam di indonesia. Peranan
kerajaan-kerajaan islam juga sangat penting, mereka mendorong berkembangnya
pemikiran Islam, sampelnya seperti kerajaan mataram.
Pada zaman Sultan Agung, kehidupan keagamaan mengalami kemajuan
pesat, upaya-upaya Sultan Agung cukup baik, hal ini dapat dilihat dari upaya
memakmurkan masjid, yaitu dengan dibangunnya setiap masjid agung di tiap-tiap
kabupaten sebagai induk dari setiap masjid yang ada di kabupaten, dan disetiap
ibu kota distrik didirikan masjid kewedanaan, begitu pula disetiap desa
didirikan masjid desa. Masjid agung dikepalai oleh seorang penghulu, masjid
kewedanaan oleh Naib dan masjid desa oleh Modin.
Dalam bidang kebudayaan upaya yang dilakukan oleh Sultan Agung
adalah mensenyawakan unsur-unsur budaya lama dengan islam diantaranya Gerebeg,
Gamelan Sekaten, dan perhitungan tahun Saka.
Dalam bidang pendidikan islam, perhatian sultan Agung cukup besar.
pada zaman tersebut telah dibagi tingkatan-tingkatan pesantren itu kepada
beberapa tingkatan, yaitu:
1)
Tingkatan
pengajian Al-Qur’an, tingkat ini terdapat pada setiap desa, yang diajarkan
meliputi huruf hijriah, membaca Al-Qur’an, barzanji, rukun Islam, rukun Iman.
2)
Tingkat
pengajian kitab. Para santri yang belajar pada tingkat ini adalah mereka yang
telah khatam Al-Qur’an. Tempat belajarnya diserambi masjid dan mereka umumnya
mondok. Guru yang mengajar disini disebut kyai anom.
3)
Tingkat
pesantren besar. tingkat ini didirikan di kabupaten sebagai lanjutan dari
pesantren desa.
Pondok
pesantren tingkat keahlian (takhassus). Ilmu yang dipelajari pada tingkat ini
adalah satu cabang ilmu yang dipelajari secara mendalam. Tingkat ini adalah
tingkat spesialis
No comments:
Post a Comment