INKAR AS-SUNNAH MODERN

Inkarus sunnah muncul kembali setelah menghilang selama 11 abad lamanya. Pada abad ke 19 M, munkirus sunnah muncul kembali diberbagai belahan dunia islam. Hal tersebut terjadi seiring dengan kolonialisme yang dilakukan oleh orang-orang Eropa terhadap negara-negara lain terutama negara muslim melalui para orientalis.[1]

      Kalangan orientalis yaitu sarjana-sarjana barat yang mempelajari berbegai keilmuan dari timur terutama masalah keislaman. Mereka mempelajari berbagai hal mengenai kebudayaan, peradaban, keagamaan termasuk agama islam dan peradaban-peradabannya. Mereka mempelajari ilmu hadis untuk menyebarkan pemahaman-pemahaman mereka yang digunakan sebagian kalangan untuk kepentiangan kolonialisme. Kritik orang-orang orientalis tentang hadis diantaranya:
1.      Beberapa kalangan orientalis berpendapat bahwa sebagian besar hadis merupakan buatan dari orang islam sendiri, bahkan menurut mereka hadis yang berasal dari nabi Saw sangat sedikit dan tidak dijadikan sebagai hujjah yang kuat dalam sejarah permulaan islam.[2]
2.      Sebagian kalangan orientalis berpendapat bahwa kedudukan hadis tidak dapat dijadikan landasan dasar Tasyri’ dan cukup Al-Quran sebagai dasar pembinaan terhadap hukum islam. Pendapat mereka didasarkan bahwa hadis tidak dapat diyakini kebenarannya karena adanya pertentangan antara satu dengan yang lainnya. Mereka mengatakan bahwa hadis tidak dijaga kemuriannya oleh Allah sebagaimana Al-Qur’an. Karenanya mucul banyak hadis-hadis palsu. Kalau hadis merupakan dasar dalam islam, maka akan terpelihara pula.
3.      Mereka beranggapan dengan tuduhan bahwa umat islam memalsukan hadis-hadis untuk kepentingan golongan dan partai seperti yang telah terjadi pada masa khalifah bani Umayyah.
4.      Mereka berpendapat bahwa yang dikatakan oleh umat islam adil ternyata tidak benar, karena ada sebagian sahabat yang tidak adil. Seperti yang mereka contohkan adalah Abu Hurairah yang ternyata merupakan seorang yang humoris, sering bersendau gurau, dan sering kali membuat hadis untuk kepentingan pribadi.
5.      Meragukan kebenaran hadis dari kitab-kitab hadis, disebabkan karena di zaman nabi tidak ada penulisan hadis secara sistematis sampai berakhirnya masa pemerintahan Khulafaurrasyidin dan ditulis pada abad II Hijriah. Hal ini memudahkan bagi siapa saja untuk memalsukan sebuah hadis.[3]
      Menurut Mustafa Azami kolonialisme yang dilakukan oleh orang-orang barat yang menjajah negeri orang islam memiliki misi untuk menghancurkan kekuatan umat islam dengan menyebar benih-benih perpecahan. Pada masa itu muncul munkirus Sunnah di irak. Sedangkan di Mesir muncul pada masa Muhammad Abduh. Ia berpendapat bahwa islam tidak memiliki pemimpin kecuali Al-Qur’an. Islam yang benar merupakan islam tempo dahulu sebelum terjadinya perpecahan dan tidak akan bangkit kecuali semangat pada awal munculnya islam yaitu Al-Qur’an.[4]
      Kemudian tulisan Taufiq Sidqi pada majalah Al-Mannar yang berjudul “Al-Islam huwa al-Qur’an wahdah” yang berisi argumen tentang penggunaan Al-Qur’an tanpa hadis. dan diikuti oleh sarjana-sarjan Mesir seperti Ahmad Amin dengan Fajr Al-Islam, Mahmud Abu Rayyah dengan Adhwa’ ala As-Sunnah al-Muhammadiyyah dan lain sebagainya. Kesuburan dinamika kontroversi sunnah di Mesir timbul setelah adanya kebebasan berbikir pada masa pembaharuan Mhammad Abduh, dan buku-buku karangan orientalis sangat berpengaruh terhadap perkembangan ilmu pengetahuan disana.[5]
      Di India, sebagai antisipasi terhadap serangan dengan alasan semangat jihad dengan senjata orang islam terhadap Inggris, maka mereka membentuk kelompok yang memberi fatwa tentang mengingkari adanya penggunaan senjata dalam jihad islam. Yaitu dengan mengkritik dan menolak hadis-hadis yang berkaitan dengan jihad. Tokoh-tokoh kelompok ini adalah Ciragh Ali, Mirza Ghulam Ahmad dan lain-lain.[6]
      Sedangkan di Malaysia, Kasim Ahmad dengan tulisannya hadis satu penilaian semula dan di Indonesia antara lain ada Abdul Rahman, Achmad Sutarto, Dalimi Lubis, Sanwani dan lain sebagainya.[7]
            Dengan demikian, bahwa para orientalis barat mempunyai peranan dalam dunia Islam untuk mempengaruhi gaya pemikiran para penganut inkarus Sunnah pada masa modern ini. selain itu, untuk memecah belah umat islam, para penjajah Eropa menyebarkan pemahaman yang keliru tentang sunnah sehingga banyak muncul para pengingkar sunnah yang baru pada masa sekarang ini.




[1] Sohari Sahroni, Ulumul Hadis... hlm. 146.                    
[2] Endang Soetari, Ilmu Hadis, Bandung: Amal Bakti Press, 1997, hlm. 108.
[3] Endang Soetari, Ilmu Hadis... hlm. 108-109.
[4] Muhammad Mustafa Azami, Hadis Nabawi...hlm. 46.
[5] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis...hlm. 34.
[6] Muhammad Mustafa Azami, Hadis Nabawi...hlm.49.
[7] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis...loc.cit.

0 komentar